Kemalasan
sering kali dialami setiap manusia baik yang masih muda maupun yang sudah
lanjut usia, masalah ini kerap kali menyebabkan masalah yang didapat apabila kita
tidak bisa melawan rasa malas yang ada pada diri kita sendiri sehingga
memperlambat apa yang kita ingin capai. Pada dasarnya manusia diciptakan tidak
ada yang pintar dan bodoh semuanya sama memiliki kekurangan dan kelebihan
masing-masing setiap manusia, kebalikan lagi ke pada kita rajin apa malas.
Imam
Syafi’i mengatakan, “bila kamu tak tahan lelahnya belajar, maka kamu akan
menanggung perihnya kebodohan.”
Tidak
tahan lelah, tidak tahan capek, tidak tahan bosan, dan berbagai tidak tahan
lain adalah gambaran sebuah kemalasan. Kemalasan itu menghindari penderitaan,
bahkan penderiaan yang ringan sekali pun.
Lebih
parah lagi, malas itu sebenarnya adalah memperturutkan hawa nafsu. Hawa nafsu
adalah sesuatu yang memberikan kenikmatan. Orang malas tidak mau melepaskan
“kenikmatan” yang sedang dia alami untuk mendapatkan kenikmatan yang jauh lebih
besar.
Belajar
itu memang membosankan dan melelahkan. Tidak belajar itu menyenangkan karena
santai dan tidak ada beban. Namun ingatlah, kata imam Syafi’i, Anda harus siap
menanggung perihnya kebodohan. Saat Anda tidak mau melepaskan kesenangan
(santai dan hidup tanpa beban), maka Anda bersiap menerima beban yang lebih
besar.
Senada
dengan imam Syafi’i, Aristoteles pun mengatakan:
Di
antara murid-murid yang belajar pada Aristoteles (filsuf Yunani) terdapat seorang
yang sangat malas. Ketika diperingatkan oleh gurunya, dia menjawab mengemukakan
alasannya, “Apa yang harus saya lakukan? Saya tidak memiliki ketekunan untuk
membaca, dan tidak mempunyai kesabaran terhadap kelelahan serta kejenuhan
belajar”.
Apa
jawaban Aristoteles?
Aristoles
lalu berkata kepada muridnya yang malas itu, “Kalau demikian tidak ada jalan
lain bagimu kelak, kecuali harus sabar menghadapi KESENGSARAAN dan KEBODOHAN”.
[Abdulaziz Salim Basyarahil, Hikmah dalam humor kisah dan pepatah, jilid 3.]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar