Senin, 16 Februari 2015

Biografi Marquis Mills Converse - Pembuat Sepatu Converse



Biografi Marquis Mills Converse - Pembuat Sepatu Converse 



Siapa yang tidak mengenal sepatu merk Converse All Star, sepatu canvas ini sangat populer dikalangan anak muda sekarang dan paling banyak digunakan dan menjadi tren bagi anak muda. Converse telah menjadi sebuah brand sepatu paling terkenal sepanjang masa. Sejarah sepatu converse dimulai ketika pembuat sepatu ini Marquis Mills Converse mulai membangun perusahaan sepatunya. Marquis Mills Converse dilahirkan pada tanggal 23 oktober 1861 di Amerika serikat, ia merupakan seorang pengusaha sepatu yang terkenal dengan produk bernama converse. Sejak muda Marquis Mills Converse merupakan seorang pengusaha yang gigih, Marquis Mills Converse menikah dengan pada tahun 1884, kemudian pada bulan mei 1888 anak pertama dari Marquis Mills Converse lahir yang kemudian dinamakan Frieda Converse, pada tahun 1890 anak keduanya lahir yang kemudian dinamakan Harold Marquis Converse setelah itu anak ketiga Marquis Mills Converse lahir yang kemudian dinamakan John Kendrick Converse.
Mengenai sejarah sepatu converse, Marquis Mills Converse yang pada mulanya seseorang manager perusahaan sepatu mulai mebuka perusahaan sepatu karet sendiri yang dinamakan sesuai dengan nama belakangnya yaitu Converse di Malden, Massachusetts pada Februari 1908. Perusahaan tersebut membuat karet sol sepatu untuk pria, wanita serta anak-anak. Pada 1910, perusahaannya bisa menghasilkan 4000 sepatu setiap harinya, namun produksi sepatunya berkembang pesat setelah perusahaannya mulai membuat sepatu olahraga tennis pada 1915. Perusahaan ini mulai mencapai puncak kesuksesanya pada 1917 disaat Converse All-Star sebagai sepatu basket mulai dikenalkan.
Lalu pada 1921, salah seorang pemain basket bernama Charles H. " Chuck " Taylor mengeluh ke Converse lantaran sakit di kakinya yang dikarenakan sepatu tersebut. kemudian Converse setelah itu berkerjasama dengan Charles dimana charles diangkat sebagai salesman serta duta perusahaan itu, serta mempromosikan sepatu di semua wilayah Amerika Serikat. Ciri yang paling mudah dikenali pada sepatu Converse Chuck Taylor yaitu logo All Star yang dibubuhi tulisan tangan Taylor di bagian pergelangan kaki. Marquis Mills Converse kemudian pada tahun 1928 mengundurkan diri dari Converse Company. Marquis Mills Converse sendiri kemudian meninggal pada tahun 1931 dimana saat ia meninggal ia telah sukses membangun perusahaan converse sebagai perusahaan pembuat sepatu terkemuka di Amerika Serikat.

Perkembangan Sepatu Converse Sejak ditinggal Marquis Mills Converse
Disaat Amerika Serikat masuk Perang Dunia II pada 1941, Produksi Converse berubah ke manufaktur alas kaki, baju, sepatu bot, parka, karet pelindung setelan, serta setelan untuk pilot serta pasukan tentara. Popular sepanjang 1950-an serta 1960-an Converse mempromosikan citra Amerika didunia dengan membuat Converse Yearbook. serta itu kemudian membuat Converse
menjadi sepatu andalan anak SMA serta beberapa atlet. pada 1970 perusahan Converse di beli oleh entrepreneur yg bernama Jack Purcell. Sepatu converse menjadi sebagai ikon dari gerakan hippie dibarengi oleh musisi serta band mereka. Golongan hippies kerap menggunakan sepatu untuk untuk mempromosikan individualitas mereka. Converse All Stars tak akan cuma sepatu basket, namun juga sepatu untuk enjoy sebagai ikon yang mencerminkan sebuah kebebasan.
Di tahun 1970 Converse mulai tersingkir lantaran banyak kompetitor baru didunia sepatu. seperti Puma serta Adidas, lalu Nike, serta setahun berikutnya Reebok yang mulai mengenalkan sepatu dengan cara radikal. serta hal semacam itu kemudian membuat Converse lagi menjadi sepatu resmi National Basketball Association (NBA). Sepatu Coverse Chuck Taylor atau yang kerap dimaksud “Chucks” serta “Cons” yang memiliki bahan kanvas serta bersol karet ini makin popular disaat banyak digunakan oleh para penyanyi terkenal saat itu. Beberapa personil band grunge 90an kerapkali biasa memakainya, Sebut saja Kurt Cobain nya Nirvana, beberapa personil Rage Against The Machine, dan lain-lain. Hal semacam ini kemudian membuat "Chucks" menjadi semakin keren, dan terkenal lantaran jadi sepatu pilihan beberapa legenda musik dunia.
Namun semakin lama popularitas converse semakin pudar menjadikan Converse berada diambang ke bangkrutan lantaran mengurangnya konsumen. pada 22 Januari 2001, perusahaan Converse beralih kepemilikan, pabrik di Amerika Serikat ditutup. Kemudian, manufaktur untuk pasar AS tak akan dikerjakan di Amerika Serikat, namun masih diproduksi di beberapa negara di Asia serta negara-negara Eropa, terhitung Cina, Indonesia, Italia, Lithuania serta Vietnam . Pada 9 Juli 2003, perusahaan Nike mengakuisisi perusahaan Converse dengan harga $ US305 juta. 
Pada saat ini sepatu converse banyak digunakan oleh para anak muda jaman sekarang. Keunggulan sepatu Converse yang bisa dipakai dalam beragam situasi serta pas di gabungkan dengan beragam jenis baju menjadikan sepatu ini dapat menjaga popularitasnya sampai sekarang ini. Itulah artikel mengenai biografi Marquis Mills Converse pembuat sepatu Converse atau bisa dikatakan juga sebagai penemu sepatu converse yang menjadi trend gaya anak muda sepanjang masa. Semoga artikel ini bermanfaat bagi pembaca.





Referensi         :
-http://imalputra.blogspot.com/2013/06/converse.html
-http://www.geni.com/people/Marquis-Converse/6000000009018810404
-http://m.merdeka.com/profil/mancanegara/c/converse/
- http://ganlob.com/2013/05/13192/converse-sepatu-eksis-sepanjang-masa/


Ilmuan Terbesar Dan Terhebat Sepanjang Masa



Ilmuan Terbesar Dan Terhebat Sepanjang Masa


Ibnu Sina (980-1037) dikenal juga sebagai Avicenna di Dunia Barat adalah seorang filsuf, ilmuwan, dan juga dokter kelahiran Persia (sekarang sudah menjadi bagian Uzbekistan). Ia juga seorang penulis yang produktif dimana sebagian besar karyanya adalah tentang filosofi dan pengobatan. Bagi banyak orang, beliau adalah Bapak Pengobatan Modern dan masih banyak lagi sebutan baginya yang kebanyakan bersangkutan dengan karya-karyanya di bidang kedokteran. Karyanya yang sangat terkenal Qanun fi Thib  merupakan rujukan di bidang kedokteran selama berabad-abad.
Ibnu Sina bernama lengkap Abū ‘Alī al-Husayn bin ‘Abdullāh bin Sīnā lahir pada 980 di Afsyahnah daerah dekat Bukhara, sekarang wilayah Uzbekistan (kemudian Persia), dan meninggal pada bulan Juni 1037 di Hamadan, Persia (Iran).
Dia adalah pengarang dari 450 buku pada beberapa pokok bahasan besar, banyak di antaranya memusatkan pada filosofi dan kedokteran. Dia dianggap oleh banyak orang sebagai Bapak Kedokteran Modern, George Sarton menyebut Ibnu Sina sebagai "Ilmuwan paling terkenal dari Islam dan salah satu yang paling terkenal pada semua bidang, tempat, dan waktu". Karyanya yang paling terkenal adalah The Book of Healing dan The Canon of Medicine, dikenal juga sebagai sebagai Qanun (judul lengkap: Al-Qanun fi At Tibb).
Karya
1.      Qanun fi Thib (Canon of Medicine/Aturan Pengobatan)
  1. Asy Syifa (terdiri dari 18 jilid berisi tentang berbagai macam ilmu pengetahuan)
  2. An Najat


Sumber :
-          http://munsypedia.blogspot.com

Sampah



Sampah

Dalam postingan kali ini mengangkat tema tentang belajar mengolah sampah dari Negara lain yang berhasil mengolah sampah tidak hanya mengurangi pencemaran terhadap lingkungan, emisi gas rumah kaca dan dampak lainnya yang ditimbulkan dari sampah yang dihasilkan setiap harinya, dan apabila sampah tersebut bisa diolah dengan baik maka banyak manfaat yang didapatkan, tapi untuk menggapai semua itu tidak hanya peran dari pemerintah semata tetapi semua pihak harus sadar terhadap lingkungan disekitarnya dan biasakan diri untuk membuang sampah pada tempatnya.
Berikut ini sumber dari DR. arifin Zulkifli seorang Consultan Lingkungan dan Energi dalam blognya, bagaimana cara dan kebijakan Negara lain dalam mengolah sampah atau Rubbish Management In South Korea, Holland, Konungariket Sverige, Austri, Germany And Egypth
1.      Korea
Menurut laporan UNEP Green Economy, dalam beberapa tahun terakhir, pemerintah Korea dengan berbagai kebijakannya, berhasil menggalakkan program daur ulang di Negeri Ginseng itu sekaligus menciptakan ribuan lapangan kerja baru. Hal tersebut dilakukan pemerintah demi menciptakan masyarakat yang mampu memanfaatkan kembali sumber daya (Resource Recirculation Society). Kebijakan “Extended Producer Responsibility” (EPR) dari pemerintah mewajibkan perusahaan dan importir untuk mendaur ulang sebagian dari produk mereka. (EPR) adalah suatu strategi yang dirancang untuk mempromosikan integrasi semua biaya yang berkaitan dengan produk-produk mereka di seluruh siklus hidup (termasuk akhir-of-pembuangan biaya hidup) ke dalam pasar harga produk. Tanggung jawab produser diperpanjang dimaksudkan untuk menentukan akuntabilitas atas seluruh Lifecycle produk dan kemasan diperkenalkan ke pasar. Ini berarti perusahaan yang manufaktur, impor dan / atau menjual produk diminta untuk bertanggung jawab atas produk mereka berguna setelah kehidupan serta selama manufaktur. Prinsip pengotor membayar – prinsip pengotor membayar adalah prinsip di mana pihak pencemar membayar dampak akibatnya ke lingkungan. Sehubungan dengan pengelolaan limbah, ini umumnya merujuk kepada penghasil sampah untuk membayar sesuai dari pembuangan.
2.      Belanda
Sementara itu di Eropa dalam mengatasi masalah sampah ini, Komisi Eropa telah membuat panduan dasar pengelolaan sampah yang diperuntukkan untuk negara-negara anggotanya, seperti Belanda, Swedia dan Jerman. Dalam penyusunan panduan itu melibatkan pemerintah, pengusaha, dan rakyat masing-masing negara. Lalu, Kebijaksanaan Eropa itu kemudian diterjemahkan oleh parlemen negara masing-masing ke dalam perundang-undangan domestik, yang berlaku buat pemerintah pusat hingga daerah. Sampai dengan abad ke-17 penduduk Belanda melempar sampah di mana saja sesuka hati. Di abad berikutnya sampah mulai menimbulkan penyakit, sehingga pemerintah menyediakan tempat-tempat pembuangan sampah. Di abad ke-19, sampah masih tetap dikumpulkan di tempat tertentu, tapi bukan lagi penduduk yang membuangnya, melainkan petugas pemerintah daerah yang datang mengambilnya dari rumah-rumah penduduk. Di abad ke-20 sampah yang terkumpul tidak lagi dibiarkan tertimbun sampai membusuk, melainkan dibakar. Kondisi pengelolaan sampah di Negeri Kincir Angin (Belanda) saat itu kira-kira sama seperti di Indonesia saat ini.
Di Belanda, mereka memisahkan sampah menjadi: sampah organik, sampah yang bisa didaur ulang, sampah yang tidak berbahaya bila dibakar, dan sampah yang berbahaya/beracun. Pemerintah Belanda menyediakan tempat2 sampah sesuai jenisnya, sehingga memudahkan dinas pengelolaan sampah untuk mengolahnya. Sampah organik seperti sisa makanan ataupun daun2an kemudian diproses menjadi pupuk kompos. Sampah2 seperti kertas, kaca, dan logam bisa didaur ulang kembali. Sedangkan sampah2 yang tidak berbahaya dibakar untuk kemudian bisa membangkitkan pembangkit listrik tenaga uap (ini bisa jadi solusi buat PLN yang katanya lagi krisis energi). Sedangkan sampah2 berbahaya seperti batu baterai dan aki di karantina karena berbahaya bagi lingkungan (sanitary landfill)
3.      Swedia
Pengelolaan sampah di Swedia selalu mengedepankan bahwa sampah merupakan salah satu resources yang dapat digunakan sebagai sumber energi. dasar pengelolaan sampah diletakkan pada minimasi sampah dan pemanfaatan sampah sebagai sumber energi. Keberhasilan penanganan sampah itu didukung oleh tingkat kesadaran masyarakat yang sudah sangat tinggi. Landasan kebijakan Swedia, senyawa beracun yang terkandung dalam sampah harus dikurangi sejak pada tingkat produksi. Minimasi jumlah sampah dan daur ulang ditingkatkan. Pembuangan sampah yang masih memiliki nilai energi dikurangi secara signifikan. Sehingga, kebijaksanaan pengelolaan sampah swedia antara lain meliputi: Pengurangan volume sampah yang dibuang ke TPA harus berkurang sampai dengan 70 % pada tahun 2015. Sampah yang dapat dibakar (combustible waste) tidak boleh dibuang ke TPA sejak tahun 2002. Sampah organik tidak boleh dibuang ke TPA lagi pada tahun 2005. Tahun 2008 pengelolaan lokasi landfill harus harus sesuai dengan ketentuan standar lingkungan. Pengembangan teknologi tinggi pengolahan sampah untuk sumber energi ditingkatkan.
Kebijakan pemerintah dan budaya masyarakat yang mengerti arti kebersihan dan energi, membuat Swedia menjadi negara maju dalam pengelolaan sampah. Dalam data statistik Eurostat, rata-rata jumlah sampah yang menjadi limbah di negara-negara Eropa adalah 38 persen. Swedia berhasil menekan angka itu menjadi hanya satu persen.Swedia, negara terbesar ke-56 di dunia, dikenal memiliki manajemen sampah yang baik. Mayoritas sampah rumah tangga di negara Skandinavia itu bisa didaur ulang atau digunakan kembali. Satu-satunya dampak negatif dari kebijakan ini adalah Swedia kini kekurangan sampah untuk dijadikan bahan bakar pembangkit energinya. Swedia kini mengimpor 800 ribu ton sampah per tahun dari negara-negara tetangganya di Eropa. Mayoritas sampah ini berasal dari Norwegia. Sampah-sampah ini sekaligus untuk memenuhi program Sampah-Menjadi-Energi (Waste-to-Energy) di Swedia. Dengan tujuan utama mengubah sampah menjadi energi panas dan listrik.
Norwegia, sebagai negara pengekspor, bersedia dengan perjanjian ini karena dianggap lebih ekonomis dibanding membakar sampah yang ada. Namun, dalam rencana perjanjian disebutkan, sampah beracun, abu dari proses kremasi, atau yang penuh dengan dioksin, akan dikembalikan ke Norwegia. Sedangkan bagi Swedia, mengimpor sampah adalah pemikiran maju dalam hal efisiensi dan suplai energi bagi kebutuhan manusia. Membakar sampah dalam insinerator mampu menghasilkan panas. Di mana energi panas ini kemudian didistribusikan melalui pipa ke wilayah perumahan dan gedung komersial. Energi ini juga mampu menghasilkan listrik bagi rumah rakyatnya. Dikatakan oleh Catarina Ostlund, Penasihat Senior untuk Swedish Environmental Protection Agency, kebijakan ini bisa meningkatkan nilai dari sampah di masa depan. “Mungkin Anda bisa menjual sampah karena ada krisis sumber daya di dunia,” ujar Ostlund. Sesudah Norwegia, Swedia menargetkan mengimpor sampah dari Bulgaria, Rumania, dan Italia. Selain membantu Swedia dalam menyediakan sumber energi, impor sampah ini juga menjadi solusi pengelolaan sampah bagi negara-negara pengekspornya. (Zika Zakiya. Sumber: Phys.org)
4.      Austria
Kelompok statistik Uni Eropa Eurostat telah mengumumkan nama negara yang melakukan daur ulang paling sukses pada 2009, yaitu Austria. Menurut statistic Eurostat itu, tidak kurang dari 70 persen limbah dari rumah tangga didaur ulang atau dijadikan kompos di Austria. Usaha pengomposan itu menempati tingkat pertama di atas 26 negara yang tergabung dalam Uni Eropa. Di Inggris, sebagai perbandingan, bisa dikatakan Negara yang terburuk dalam melakukan daur ulang. Karena negara itu hanya 26 persen saja dan menempati posisi akhir dari statistik itu. Laporan Eurostat itu menampilkan data khususnya soal limbah yang dihasilkan Negara-negara di Uni Eropa. Secara per kapita, penduduk Eropa menghasilkan rata-rata 513 kg limbah rumah tangga selama tahun 2009. Rata-rata ini adalah tingkat tertinggi, sementara angka limbah rumah tangga tertinggi dihasilkan oleh Denmark dengan 833 kg dan yang terrendah adalah Republik Ceko dengan 316 kg limbah. Di Eropa limbah yang dihasilkan oleh warganya rata-rata 504 kg per hari. Dari jumlah itu, 38 % dibuang ke TPA, 24 % didaur ulang, 20 % diinsinerasi dan 18 % diubah menjadi kompos.
5.      Jerman
Sejak 1972 pemerintah Jerman melarang sistem sanitary landfill, karena terbukti selalu merusak tanah dan air tanah. Bagaimanapun sampah merupakan campuran segala macam barang (tidak terpakai) dan hasil reaksi campurannya seringkali tidak pernah bisa diduga akibatnya. Pada beberapa TPA atau instalasi daur ulang selalu terdapat pemeriksaan dan pemilahan secara manual. Hal ini untuk menghindari bahan berbahaya tercampur dalam proses, seperti misalnya baterei dan kaleng bekas oli yang dapat mencemari air tanah. Sampah berbahaya ini harus dibuang dan dimusnahkan dengan cara khusus. Di Jerman terdapat perusahaan yang menangani kemasan bekas (plastik, kertas, botol, metal dsb) di seluruh negeri, yaitu DSD/AG (Dual System Germany Co). DSD dibiayai oleh perusahaan-perusahaan yang produknya menggunakan kemasan. DSD bertanggung jawab untuk memungut, memilah dan mendaur ulang kemasan bekas.
Berbeda dengan kondisi Jerman 30 tahun silam, terdapat 50.000 tempat sampah yang tidak terkontrol, tapi kini hanya 400 TPA (Tempat Pembuangan Akhir). 10-30 % dari sampah awal berupa slag yang kemudian dibakar di insinerator dan setelah ionnya dikonversikan, dapat digunakan untuk bahan konstruksi jalan. Cerita menarik proses daur ulang ini datangnya dari Passau Hellersberg adalah sampah organik yang dijadikan energi. Produksi kompos dan biogas ini memulai operasinya tahun 1996. Sekitar 40.000 ton sampah organik pertahun selain menghasilkan pupuk kompos melalui fermentasi, gas yang tercipta digunakan untuk pasokan listrik bagi 2.000 – 3.000 rumah.
6.      Mesir
Sampah yang dibuang harus dipilah, sehingga tiap bagian dapat dikomposkan atau didaur-ulang secara optimal, daripada dibuang ke sistem pembuangan limbah yang tercampur seperti yang ada saat ini. Dan industri-industri harus mendesain ulang produk-produk mereka untuk memudahkan proses daur-ulang produk tersebut. Prinsip ini berlaku untuk semua jenis dan alur sampah. Pembuangan sampah yang tercampur merusak dan mengurangi nilai dari material yang mungkin masih bisa dimanfaatkan lagi. Bahan-bahan organik dapat mengkontaminasi/ mencemari bahan-bahan yang mungkin masih bisa di daur-ulang dan racun dapat menghancurkan kegunaan dari keduanya. Sebagai tambahan, suatu porsi peningkatan alur limbah yang berasal dari produk-produk sintetis dan produk-produk yang tidak dirancang untuk mudah didaur-ulang; perlu dirancang ulang agar sesuai dengan sistem daur-ulang atau tahapan penghapusan penggunaan. Program-program sampah kota harus disesuaikan dengan kondisi setempat agar berhasil, dan tidak mungkin dibuat sama dengan kota lainnya. Terutama program-program di negara-negara berkembang seharusnya tidak begitu saja mengikuti pola program yang telah berhasil dilakukan di negara-negara maju, mengingat perbedaan kondisi-kondisi fisik, ekonomi, hukum dan budaya. Khususnya sektor informal (tukang sampah atau pemulung) merupakan suatu komponen penting dalam sistem penanganan sampah yang ada saat ini, dan peningkatan kinerja mereka harus menjadi komponen utama dalam sistem penanganan sampah di negara berkembang. Salah satu contoh sukses adalah zabbaleen di Kairo, yang telah berhasil membuat suatu sistem pengumpulan dan daur-ulang sampah yang mampu mengubah/memanfaatkan 85 persen sampah yang terkumpul dan mempekerjakan 40,000 orang.
Secara umum, di negara Utara atau di negara Selatan, sistem untuk penanganan sampah organik merupakan komponen-komponen terpenting dari suatu sistem penanganan sampah kota. Sampah-sampah organik seharusnya dijadikan kompos, vermi-kompos (pengomposan dengan cacing) atau dijadikan makanan ternak untuk mengembalikan nutirisi-nutrisi yang ada ke tanah. Hal ini menjamin bahwa bahan-bahan yang masih bisa didaur-ulang tidak terkontaminasi, yang juga merupakan kunci ekonomis dari suatu alternatif pemanfaatan sampah. Daur-ulang sampah menciptakan lebih banyak pekerjaan per ton sampah dibandingkan dengan kegiatan lain, dan menghasilkan suatu aliran material yang dapat mensuplai industri.




Referensi :
http://www.bangazul.com/belajar-mengelola-sampah-dari-negara-lain-1/#comment-15475